TUGAS 5
DAMPAK KENAIKAN BBM
DAMPAK
KENAIKAN BBM DARI SEGI EKONOMI
Rencana pemerintah menaikkan harga BBM pada awal April
mendatang ramai menghiasi ruang publik akhir-akhir ini. Terlepas jadi atau
tidaknya kebijakan ini, tentu akan lebih baik jika kita sudah mempersiapkan
dampaknya. Tanpa antisipasi dan pengendalian yang baik, kenaikan harga BBM
bukan hanya akan berdampak pada aspek ekonomi, namun juga dapat merembet ke
aspek sosial dan politik.
Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi dari
Rp4.500 menjadi Rp6.000 mengingatkan kita pada kenaikan BBM yang terjadi pada
Maret 2005 dan Mei 2008 dengan besaran yang kurang lebih sama yaitu sekitar ±
30 persen. Dampak kebijakan kenaikan BBM terasa lebih besar pada 2008 karena
dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas global yang berkorelasi positif
dengan kenaikan biaya produksi.
Rencana kenaikan BBM tahun 2012 juga bukannya
tanpa tantangan. Rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), kenaikan harga
komoditas global, pembatasan impor hortikultura menjadi faktor-faktor potensial
yang dapat semakin mengerek angka inflasi. Karenanya, kita musti lebih
bersiap-siap untuk mengantisipasi kenaikan BBM tahun ini dengan mengelola
hal-hal yang dapat dikontrol sehingga dampak kenaikan BBM dapat ditekan
serendah mungkin.
Ekspektasi Masyarakat
Kenaikan harga BBM sejatinya berpengaruh pada
keranjang IHK untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan,
khususnya sub kelompok transportasi. Secara natural, rencana kenaikan harga BBM
sebesar 33,3 persen sebenarnya tidak terlalu berpengaruh besar terhadap
pembentukan angka inflasi secara keseluruhan. Namun kuatnya hubungan BBM dengan
komoditas lain dan ekspektasi inflasi masyarakat membuat pengaruh kenaikan BBM
terhadap pembentukan angka inflasi menjadi sangat besar.
Ekspektasi inflasi oleh Dornbusch dijelaskan
sebagai perkiraan rasional mengenai masa depan dengan menggunakan semua
informasi yang ada. Masyarakat berasumsi adanya kenaikan harga BBM akan diikuti
oleh kenaikan harga barang-barang lain. Sebagai langkah antisipasi, masyarakat
melakukan belanja besar-besaran (panic buying), selagi harga belum
naik. Langkah antisipasi ini selintas memang nampak rasional. Namun jika
dilihat secara lebih makro, langkah antisipasi ini justru menciptakan kenaikan
permintaan yang cukup tinggi padahal sisi penawaran tidak mengalami perubahan.
Akibatnya, harga naik. Padahal jika saja masyarakat tetap berlaku normal dan
tidak melakukan panic buying,
kenaikan harga tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi.
Pada konteks ini, peran pemerintah dan media
massa menjadi sangat penting. Pemerintah perlu melalui media massa perlu
melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan panic buying. Bahwa
sesungguhnya yang mengalami kenaikan harga hanya BBM saja, bukan semua barang
kebutuhan masyarakat. Bahwa persediaan barang kebutuhan masyarakat juga dalam
keadaan cukup.
Pernyataan pemerintah ini juga harus diiringi
dengan penyediaan barang kebutuhan masyarakat yang memadai. Hal ini dapat
dimulai dari persediaan BBM itu sendiri. Pemerintah dapat meminta Pertamina
untuk menjamin kebutuhan masyarakat menjelang dan setelah kenaikan BBM dalam
keadaan cukup. Kecukupan pasokan ini penting untuk menjaga tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap stabilitas persediaan BBM. Selain BBM, pemerintah melalui
dinas teknis terkait juga harus memastikan bahwa persediaan barang-barang
kebutuhan pokok masyarakat dalam keadaan cukup.
Media massa selain sebagai jalur edukasi, media
juga punya peran istimewa. Dalam dunia jurnalisme modern, khususnya di era
reformasi, media massa mempunyai keleluasaan untuk membentuk frame sesuai dengan ide dan kepentingan
media itu sendiri. Dalam konteks kenaikan harga BBM, media dapat membentuk
opini publik yang mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat. Opini masyarakat
dapat diarahkan untuk tidak melakukan panic
buying yang dapat
menimbulkan kenaikan harga secara agregat.
Pada akhirnya, sinergi pemerintah dan media
massa menjadi sangat penting mengingat masyarakat terkadang membuat asumsi
sendiri karena adanya informasi yang asimetrik. Adanya informasi resmi dan
berimbang yang disampaikan oleh otoritas berwenang—dalam hal ini
pemerintah—membantu masyarakat memperoleh informasi yang pasti sehingga dapat
mengambil keputusan yang tepat. Pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat yang
baik akan berpengaruh positif pada pengendalian dampak kenaikan harga BBM.
Penimbunan
Sepeti tertulis dalam hukum ekonomi, manusia
mempunyai kecenderungan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Momentum
kenaikan BBM bagi sebagian kalangan juga dapat dijadikan kesempatan untuk
mengail keuntungan sebesar-besarnya. Menjelang kenaikan BBM, biasanya ada saja
orang yang memborong BBM dan barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar untuk
disimpan sampai dengan terjadinya kenaikan harga. Sesaat, sang pelaku
sepertinya memang mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Padahal perilaku
seperti ini akan mengerek harga barang secara lebih luas. Dampak kenaikan harga
ini jelas merugikan masyarakat yang pada akhirnya juga berpengaruh pada pelaku
penimbun itu sendiri.
Perilaku penimbunan jelas merugikan. Oleh karena
itu, perilaku ini harus diantisipasi bersama-sama. Ujung tombak upaya ini
adalah penegak hukum dalam hal ini kepolisian. Polisi melakukan identifikasi
lokasi dan pelaku penimbunan untuk kemudian melakukan tindakan hukum. Apabila
upaya ini dapat dilakukan secara efektif, potensi penimbunan dapat direduksi
sehingga dampak kenaikan harga BBM dapat relatif terkendali.
Operasi Pasar dan Koordinasi
Dalam hal diperlukan, pemerintah juga dapat
mengambil inisiatif dengan melakukan operasi pasar untuk barang-barang
kebutuhan pokok. Secara share,
operasi pasar memang tidak besar. Namun operasi pasar adalah bentuk kepedulian
pemerintah terhadap pergerakan harga yang terjadi di tengah masyarakat. Operasi
pasar adalah wujud nyata dari kepedulian pemerintah untuk membantu masyarakat
memenuhi barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
Dampak operasi pasar, baik secara langsung
maupun tidak, cukup positif terhadap pengendalian harga. Secara psikologis,
masyarakat merasa bahwa pemerintah peduli akan pergerakan harga. Ketika harga
naik, pemerintah akan turun tangan. Pada jangka panjang hal ini akan
berkontribusi positif pada pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat terhadap
pengendalian harga. Di sisi pedagang, kepedulian pemerintah akan membuat mereka
berpikir dua kali untuk memainkan harga dengan tidak wajar.
Upaya lain yang lebih normatif dapat dilakukan
dengan menggandeng para pelaku usaha besar sebagai mitra dalam pengendalian
dampak kenaikan harga BBM. Para pelaku usaha diharapkan dapat tetap
mempertahankan harga agar tetap pada level yang stabil. Kenaikan harga barang
sedapat mungkin dilokalisir hanya sebatas pada barang-barang yang memang
berhubungan kuat dengan BBM. Kombinasi upaya-upaya tersebut, jika dilakukan
dengan efektif dan terkoordinasi, akan dapat mengurangi
dampak buruk akibat kenaikan harga BBM.
Sumber :
http://nuryazidi.wordpress.com/2012/03/19/bersiap-menghadapi-kenaikan-harga-bbm/#more-362
Tidak ada komentar:
Posting Komentar